Sabtu, 16 April 2011

Imunisasi


imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Imunisasi dibagi 2 yaitu :
  • Imunisasi aktif : yaitu tubuh akan membuat sendiri kekebalan terhaadap penyakit setelah diberi suntikan anti gen dan dapat bertahan slama bertahun tahun.
  • Imunisasi pasif : yaitu tubuh tidak membuat sendiri kekebalan terhadap penyaakit tapi mendapatkannya dari ibu. Misal colostrum (ASI yang pertama keluar berwaran kekuning kunngan)
Imunisasi aktif
Peranan dari Limfosit B atau Sel B (Bursa Fabricius) dimana jika Sel B dirangsang " sel plasma " zat anti atau anti bodi " didalam Serum Fungsi : Pertahanan terhadap infeksi virus, bakteri dan menetapkan toksin.
Antibodi

1. IgG :
  • Komponen utama Ig serum (75%)
  • Dapat menembus Placenta
  • Terbentuk pada respons sekunder
  • Anti bakteri, anti virus, anti jamur
2. IgM :
  • Imunoglobulin terbesar
  • Respons imun primer
  • Mencegah gerakan mikroorganisme sekunder
  • Mengaktifkan komplemen
3. IgA :
  • Terbentuknya pd rangsangan selaput lendir
  • Kekebalan infeksi saluran nafas, pencernaan, urogenitalis
  • Fiksasi komplemen, antitoxin, reaksi aglutinasi, anti virus
4. IgD :
  • Sangat rendah dalam sirkulasi
  • Fungsi belum jelas
5. IgE :
  • Sangat sedikit jumlahnya
  • Tinggi pada alergi, fiksasi komplemen, infeksi cacing, infeksi parasit
Selular
Peranan dari limfosit T atau sel T dimana Sel T dibentuk di sumsum tulang " Proliferasi dan diferensiasi terjadi di kelenjar Timus
Fungsi :
Pertahanan terhadap bakteri (intraselular), virus, jamur, parasit, keganasan Terdiri dari :
  1. Helper T-cell membantu sel B
  2. Suppressor T-cell :
    1. Menghambat sel B
    2. Menghambat sel T
  3. Cytotoxic T-cell : Menyerang antigen secara langsung
Imunisasi Pasif Didapat
Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh bukan oleh individu itu sendiri, misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibu setelah pemberian Ig serum Daya lindung pendek ( 2 – 3 minggu)
Contoh :
  • Gama globulin murni penderita – campak
  • ATS, ADS, Anti rabies, Anti – Snake venom
  •  Profilaksi & terapeutik ( pengobatan )

Senin, 11 April 2011

Imunisasi MMR


Menyikapi Kontroversi Autisme Dan Imunisasi MMR

Perdebatan yang terjadi akhir-akhir ini berkisar pada kemungkinan hubungan autisme dengan imunisasi MMR (Mumps, Measles, Rubella). Banyak penelitian yang dilakukan secara luas ternyata membuktikan bahwa autism tidak berkaitan dengan imunisasi MMR. Tetapi memang terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa Autisme dan imunisasi MMR berhubungan.
Imunisasi MMR adalah imunisasi kombinasi untuk mencegah penyakit Campak, Campak Jerman dan Penyakit Gondong. Pemberian vaksin MMR biasanya diberikan pada usia anak 16 bulan. Pendapat yang mendukung autism berkaitan dengan imunisasi.


Terdapat beberapa penelitian dan beberapa kesaksian yang mengungkapkan Autisme mungkin berhubungan dengan imunisasi MMR. Hal ini berkaitan dengan setelah diberikan imunisasi MMR. Wakefield dan Montgomery melaporkan adanya virus morbili (campak) dengan autism pada 70 anak dari 90 anak autism dibandingkan dengan 5 anak dari 70 anak yang tidak autism. Sedangkan beberapa orang tua penderita autisme di Indonesiapun berkesaksian bahwa anaknya terkena autisme setelah diberi imunisasi.

Pendapat yang menentang bahwa imunisasi menyebabkan autisme. Sedangkan penelitian yang mengungkapkan bahwa MMR tidak mengakibatkan Autisme lebih banyak lagi dan lebih sistematis. Brent Taylor, melakukan penelitian epidemiologik dengan menilai 498 anak dengan Autisme. Didapatkan kesimpulan bahwa kelompok anak yang tidak mendapatkan MMR juga terdapat kenaikkan kasus aurtism yang sama dengan kelompok yang di imunisasi MMR.

Tidak terdapat sesuatu yang mengkawatirkan. Menyimpulkan tidak ada hubungan antara MMR dan Autisme. Tidak terdapat pengalaman klinis lainnya yang mebuktikan bahan lain di dalam MMR yang lebih aman dibandingkan kombinasi imunisasi. MMR. Pertemuan tersebut merekomendasikan bahwa tidak terdapat huibungan antara MMR dan Autisme. Menyatakan bahwa pemberian imunisasi secara terpisah tidak lebih baik dibandingkan MMR, malahan terjadi keterlambatan imunisasi MMR. Jadi bukan hanya imunisasi yang dapat memicu timbulnya autisme. Hal ini membuktikan bahwa pemicu autisme bukan hanya imunisasi.

Dari beberapa hal tersebut diatas, tampaknya dapat disimpulkan bahwa Imunisasi MMR tidak mengakibatkan Autisme, bila anak kita sehat dan tidak berbakat autisme. Meskipun laporan penelitian yang mendukung hubungan Autisme dan imunisasi hanya dalam populasi kecil atau bahkan laporan perkasus anak autisme. 

Tetapi bila anak kita sehat, tidak beresiko atau tidak menunjukkan tanda dini gejala Autisme maka kita tidak perlu kawatir untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Kekawatiran terhadap imunisasi tanpa didasari pemahaman yang baik dan pemikiran yang jernih akan menimbulkan permasalahan kesehatan yang baru pada anak kita. Dengan menghindari imunisasi maka akan timbul permasalahan baru yang lebih berbahaya dan dapat mengancam jiwa terutama bila anak terkena infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi.